STATUS POPULASI DAN KONSERVASI BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb. 1787) DI HABITAT RAWA GELAM, KALIMANTAN SELATAN

Penulis

  • Sofian Iskandar Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung Batu No. 5, Kotak Pos 165, Bogor 16610, Telp. 0252 - 8633234, Fax. 0251 - 8638111
  • Hadi S. Alikodra Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Jl. Ulin Lingkar Kampus IPB Darmaga Kotak Pos 168 Bogor 16680 Jawa Barat Telp/Fax:(0251)8621947
  • M. Bismark Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung Batu No. 5, Kotak Pos 165, Bogor 16610, Telp. 0252 - 8633234, Fax. 0251 - 8638111
  • Agus P. Kartono Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Jl. Ulin Lingkar Kampus IPB Darmaga Kotak Pos 168 Bogor 16680 Jawa Barat Telp/Fax:(0251)8621947

Kata Kunci:

Konservasi, Nasalis larvatus, bekantan, populasi, Rawa Gelam

Abstrak

Penelitian  populasi  bekantan  dilakukan  di  kawasan  ekosistem  riparian  Rawa  Gelam,  Kabupaten  Tapin, Kalimantan Selatan pada bulan Februari-Maret 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi populasi dan struktur kelompok bekantan yang hidup di luar kawasan hutan. Kawasan ekosistem Rawa Gelam merupakan lahan budidaya yang terletak di kanan-kiri Sungai Puting. Vegetasi Rawa Gelam yang tersisa hanya selebar maksimal 200 meter dan di belakangnya terdapat persawahan dan kebun kelapa sawit. Penghitungan populasi bekantan dilakukan dengan metode Total Count Sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui populasi  bekantan  di Rawa Gelam  sebanyak  sembilan  kelompok  bekantan,  dengan  jumlah  192 individu. Kepadatan populasi bekantan di kawasan ekosistem Rawa Gelam adalah 28,34 individu/km2  dengan kepadatan kelompok  1,34 kelompok/km2. Selain bekantan,  kawasan Rawa Gelam juga dihuni oleh dua jenis primata lainnya,  yaitu  Monyet  Ekor Panjang  (Macaca  fascicularis)  dan Lutung  Hitam  (Trachyphitecus  auratus). Tercatat  ada lima  kelompok  Lutung Hitam dengan  jumlah 47 individu  dan tujuh kelompok  monyet  ekor panjang dengan jumlah 76 individu. Ancaman utama konservasi bekantan di Rawa Gelam adalah perusakan habitat dan perubahan fungsi kawasan. Untuk menyelamatkan bekantan dari kepunahan lokal, perlu dilakukan restorasi habitat dengan menerapkan pola agroforestridan pengembangan ekowisata terpadu.

Referensi

Alikodra, H. S. (1997). Populasi dan perilaku bekantan (Nasalis larvatus) di Samboja Kuala, Kalimantan Timur. Media Konservasi, 5(2), 67-72.

Alikodra, H. S., & Srimulyaningsih, R. (2015). Bekantan Melawan Kepunahan. IPB. In H. S. Alikodra, Efransyah, & M. Bismark (Eds.), Populasi bekantan di Rawa Gelam. IPB Press, Bogor.

Bismark, M. (1981). Populasi dan tingkah laku bekantan (Nasalis larvatus) di Suaka Margasatwa Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Laporan Penelitian Hutan, No. 357.

Bismark, M. (1986). Perilaku bekantan (Nasalis Larvatus) dalam memanfaatkan lingkungan hutan bakau Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.

Bismark, M. (2008). Biologi Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

Bismark, M., & Iskandar, S. (2002). Kajian total populasi dan struktur sosial bekantan (Nasalis larvatus) di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Hutan, 632, 7–29.

Boonratana, R. (1993). The ecology and behaviour of the proboscis monkey (Nasalis larvatus) in the Lower Kinabatangan, Sabah. Philosophy. https://doi.org/10.1146/annurev.phyt o.38.1.145 CITES. (2010).

Checklist of CITES Species. Retrieved from www.cites.org

Harcourt, A. H. (1995). Population Viability Estimates: Theory and Practice for a Wild Gorilla Population. Conservation Biology. https://doi.org/10.2307/2386395

IUCN. (2014). IUCN Red list of threatened animals. Switzerland: IUCN, Gland.

Ma’ruf, A., Atmoko, T., & Syahbani, I.(2005). Studi populasi bekantan (Nasalis larvatus) di Muara Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Laporan Penelitian Loka Litbang Primata, Samboja.

Manansang, J., Traylor-Holzer, K., Reed, D., & Leus, K. (2005). Indonesian Proboscis Monkey Population and Habitat Viability Assessment: Final Report.

Meijaard, E., & Nijman, V. (2000).Distribution and conservation of proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan Indonesia. Biological Conservation, 92, 15–24.

Salter, R. E., Mackenzie, N. A., Nightingale, N., Aken, K. M., & Chai, P. K. P. (1985). Habitat use, ranging behavior, food habits of proboscis monkeys (Nasalis larvatus Wurmb.). Primates, 26(4), 436–451.

Soendjoto, M. A. (2005). Adaptasi bekantan (Nasalis larvatus) terhadap hutan karet: Studi kasus di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Soendjoto, M. A., Budiarto, C., Muhardiansyah, H., & Mahrudin. (2013). Sebaran dan status bekantan (Nasalis larvatus) di luar kawasan konservasi di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. In Makalah Seminar Nasional Universitas Negeri Yogyakarta.

Tobing, S. L. I. (2008). Teknis estimasi ukuran populasi suatu jenis primata. Vis Vitalis, 1(1), 43–53.

Yeager, C. P. (1992). Changes in proboscis monkey (Nasalis larvatus) group size and density at Tanjung Puting National Park, Kalimantan Tengah, Indonesia. Tropical Biodiversity, 1(1), 49–55.

Yeager, C. P., & Blondal, T. K. (1992). Conservation status of proboscis monkey (Nasalis larvatus) at Tanjung Puting National Park, Kalimantan Tengah, Indonesia. Forest Biology and Conservation in Borneo. Center for Borneo Studies Publication 2, 220–228

Unduhan

Diterbitkan

2017-12-29

Cara Mengutip

Iskandar, S., S. Alikodra, H., Bismark, M., & P. Kartono, A. (2017). STATUS POPULASI DAN KONSERVASI BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb. 1787) DI HABITAT RAWA GELAM, KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 14(2), 123–132. Diambil dari https://ejournal.aptklhi.org/index.php/JPHKA/article/view/691

Artikel Serupa

1 2 3 4 5 6 7 > >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.